Sosok Kiai Zaini Bagi Kiai Mursyid, Pejuang, Pecinta Ilmu dan Low Profile
nuruljadid.net- Pada 14 Maret 2021, Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo telah melaksanakan peringatan Haul Masyayikh dan Harlah Pesantren ke 72. Ditengah acara haul dan harlah ada rangkaian pembacaan napak tilas (manaqib) oleh KH. Mursyid Mahfudz, Kali Baru Banyuangi.
Dalam pembacaan manaqibnya, Kiai Mursyid menyampaikan sosok pribadi Pendiri dan Pengasuh Pertama Pondok Pesantren Nurul Jadid, yaitu KH. Zaini Abd Mun’im.
“Jika ingin mengetahui sosok pribadi Hadratus Syekh (Kiai Zaini) baca kitab Syu’abul Iman, saya hanya ingin mengambil tiga saja,” Ungkapnya.
Kiai Zaini itu merupakan sosok pejuang. Disini saya akan menceritakan pengalaman pribadi saya saat menjadi santri selama 12 tahun di Pesantren ini sejak tahun 1964. Saat itu saya mendengar langsung dawuh Kiai Zaini sebagaimana juga dimuat dalam buku Selayang Pandang Pondok Pesantren Nurul Jadid, bahwa beliau Kiai Zaini lebih senang memiliki santri yang bekerja sebagai kondektor bus tapi konsisten berjuang untuk kepentingan masyarakat,daripada memiliki santri yang menjadi kiai namun pasif dalam perjuangan,” Imbuhnya.
Lebih lanjut Kiai Mursyid mengatakan, selain daripada itu Kiai Zaini seorang pecinta ilmu terbukti, beliau sangat perhatian pada ilmu, perkembangan ilmu dan penyebarannya.
“Konon, saat KH. Badri Masduqi (Pengasuh Pesantren Al-Masduqiyah), Kalibuntu, Probolinggo tatkala mau berhenti mondok di Pesantren Nurul Jadid, Kiai Zaini berkenan mendatangi kamarnya Kiai Badri, dan beliau bertanya pada Kiai Badri, “Gedieh noroa buleh napeh apa abanya” (sampeyan mau ikut saya atau abanya) Sebelum Kiai Badri menjawab Kiai Zaini menimpalinya Keng mon norok abanya gedieh rogi (kalau mengikuti abanya ya sampean rugi) karena ilmunya sudah banyak, sudah tinggi, sudah besar, bekalnya sudah banyak untuk mendirikan pesantren pas maelang (menghilang), ya kemanfaatannya untuk dirinya saja, tapi kemanfaatan untuk masyarakat umum tidak ada, itu apa artinya, KH. Zaini Mun’im tidak suka yang khelap-khelap lebih suka yang ilmiah, berilmu dan alim,” Ungkapnya.
Sambil mengutip bait, Kiai Mursyid menyampaikan pribadi orang berilmu. Menurutnya, orang berilmu hidup selama-lamanya, sedangkan tulang-belulangnya sudah hancur di bawah tanah.
Masih menurutnya, Kiai Zaini sosok yang low profile, bersahaja, sederhana tidak neko-neko dan sangat perhatian pada akhlak.
Kiai Mursyid sambil menceritakan pengalamannya, dulu era 70 an, Pondok Pesantren Nurul Jadid membutuhkan dana dan santri diutus untuk mencari donator kebeberapa daerah. Sebelum santri itu berangkat, Alm KH. Hasyim Zaini memberi nasehat sebagai berikut;
“Kalau Ananda melihat kemungkaran disuatu tempat yang dituju, jangan langsung menghina mereka. Bergaullah pada mereka dengan baik,” Dawuhnya.
Dawuh ini diambil dari bait yang ada dalam kitab Syuabul Iman buah karya Alm. KH. Zaini Abd Mun’im,” Terangnya.
Pewarta : PM
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!