Pos

Kiai Muh. Imdad Rabbani: Urgensitas Integrasi Kurikulum Pesantren untuk Optimalisasi Kualitas Pendidikan

nuruljadid.net – Kiai Muhammad Imdad Rabbani, Kepala Biro Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo menyampaikan urgensitas integrasi kurikulum Pendidikan pesantren guna optimalisasi kualitas Pendidikan. Hal ini disampaikan pada acara Wisuda TPQ dan MI Nurul Mun’im Minggu (29/05) malam pekan lalu.

Menurut Kiai Imdad bahwa kurikulum pendidikan pesantren perlu diintegrasikan baik secara vertikal maupun horizontal dengan multi disiplin ilmunya.

Tujuan dibentuknya integrasi kurikulum pendidikan pesantren yaitu untuk menyelaraskan pendidikan antara satu level jenjang pendidikan dengan jenjang pendidikan berikutnya.

“Jadi integrasi bukan hanya secara horizontal antara satu level jenjang pendidikan misalnya MTs dan SMP itu harus sama pelajarannya meskipun tidak persis, tapi juga integrasi vertikal antara level jenjang pendidikan,” jelas beliau.

Diskursus mengenai koneksi antara satu level jenjang pendidikan dengan jenjang pendidikan lainnya itu sudah sejak lama digagas, namun diskusi dan penggarapan kurikulumnya baru dimulai tahun ini.

Saat proses penggarapan kurikulum tersebut, Kiai Imdad membentuk beberapa tim diantaranya Tim Pusat Kajian Al-Qur’an, Bahasa, Kitab Turats, Sains Teknologi, Humaniora, dan Kemandirian Santri.

“Ide ini berangkat dari hasil analisis dan bincang-bincang dengan beberapa kawan, selama ini sering kali pelajaran yang didapatkan siswa itu tidak nyambung antara level jenjang lembaga pendidikan, jadi misalnya sekarang di MINM siswa itu belajar Imriti, harapannya di MTs itu tidak ngulang lagi Imriti tapi belajar Mutammimah atau mungkin Al-Fiyah, jadi supaya berkelanjutan,” beliau memaparkan.

Lebih lanjut, kerangka kurikulum dalam penyusunan kurikulum pesantren secara umum itu menggunakan kerangka Fardhu ‘Ain dan Fardhu Kifayah, artinya akan ada mata pelajaran tertentu yang disebut sebagai mata pelajaran Fardhu ‘Ain harus dikuasai oleh semua santri, dan itu menjadi syarat untuk naik kelas dan lulus.

“Kenapa begitu? supaya kita tidak kecolongan, karena kondisi sekarang itu tidak sama seperti dulu, kalau dulu orang mondok itu orang yang belajar agama, umumnya sampingan. Tapi kalau sekarang itu tidak, sekarang orang lebih ekstra belajar umum, sedangkan pelajaran agama sekadarnya, kalau tidak ditekankan kita bisa kecolongan, mondok bertahun-tahun ketika di tes Al Quran belum bisa, nah itukan berarti kita kecolongan,” ungkap beliau seraya tersenyum.

Beliau berharap dan berdoa agar kita semua diberi taufiq oleh Allah SWT untuk menjaga warisan keilmuan ini dan semoga bisa terus semakin berkembang dan maju.

“Karena di zaman sekarang ini, ilmu agama itu kalau tidak ditekankan atau tidak diperhatikan betul, maka akan banyak orang-orang yang abai dibuatnya,” tutup beliau.

 

(Humas Infokom)

Santri Harus Merawat Perbedaan

nuruljadid.net-Perbedaan merupakan rahmat yang harus disyukuri dan bukan menjadi alasan untuk berpecah belah. Untuk itulah, para santri memiliki tanggung jawab untuk terus merawat perbedaan tersebut di tengah keberagaman Indonesia.

Pesan yang disampaikan oleh Pengasuh Ponpes Nurul Jadid KH Zuhri Zaini dalam kegiatan pertemuan alumni PP Nurul Jadid di Desa/Kecamatan Tanggul kemarin (11/3). Kegiatan rutin tiga bulan sekali  itu dihadiri ratusan para alumni yang tersebar se Jember.

“Alumni harus melanjutkan perjuangan kiai, terutama Alm  KH Zaini Abdul Mun’im,” katanya. Perjuangan itu mulai dari berbagai bidang sesuai dengan pekerjaan yang sedang ditekuni. Namun, tetapi dibawah naungan organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Para kiai, kata dia, selalu  istiqomah memperjuangkan NU karena paling sesuai dengan Islam Nusantara. Yakni Islam  tawassuth  atau moderat dan menghargai segala jenis perbedaan. Seperti yang sudah dilakukan oleh  Nabi Muhammad SAW yang tertuang dalam piagam madinah.

Sekarang, lanjut dia, mulai tumbuh bibit kelompok  yang ingin merongrong NU dan keutuhan NKRI. Untuk itulah, alumni santri harus menghindari dan  menentang kelompok-kelompok tersebut. Sebab ingin melakukan pecah belah. “Indonesia masih aman dari perang saudara seperti yang terjadi di Afghanistan,” tuturnya.

Kerukunan yang selama ini sudah berlangsung, harus dijaga dan dilestarikan bersama. Apalagi sekarang masuk tahun  politik. “Alumni bebas menyalurkan aspirasi politik lewat mana saja, yang terpenting satu tujuan dan menggunakan kendaraan yang mengarah pada tujuan yang sama,” jelasnya.

Sebab,  hampir semua partai politik  lebih berorientasi program  dan figur, bukan lagi pada ideologi. Kendati demikian, berpolitik juga bukan alasan untuk tidak menghargai perbedaan yang ada. Namun, tetap saling menghormati. “Alumni harus kompak  dan bersatu, meskipun berada ditempat atau bidang kehidupan yang berbeda-beda,” paparnya.

Perbedaan pendapat merupakan  hal yang wajar,  terpenting harus saling menghargai perbedaan  menjauhi  perpecahan. Dalam berjuang, para alumni santri menyesuaikan dengan keahlian bidang masing-masing. “Misal dalam ekonomi birokrasi,” ujarnya.

Sementara itu,  Endra Hardianto, ketua panitia kegiatan menambahkan pertemuan alumni itu untuk memperkuat ikatan silaturahmi para alumni Ponpes Nurul Jadid. Untuk pengembangan ekonomi, para alumni sepakat membentuk koperasi Baitul Mal Wattanwil (BMT). “Kemudian juga makan nasi tabhek bersama,” pungkasnya.

Sumber Berita : p4njjember.com

KH. Moh. Zuhri Zaini : Kita Harus Merdeka Dari Kebodohan

KH. Moh. Zuhri Zaini : Kita Harus Merdeka Dari Kebodohan

nuruljadid.net- Malam ini adalah malam istimewa karena bersamaan dengan malam kemerdekaan Republik Indonesia. Peninggalan sesepuh pada malam kemerdekaan diisi tasyakuran dengan bentuk istighosah.
Dengan kemerdekaan ini, kita patut mensyukuri karena secara politis kita berdaulat. Juga, kita harus mengisi kemerdekaan ini dengan pembangunan segala hal, baik pembangunan fisik maupun mental. Kemerdekaan ini anugrah Allah dan perjuangan leluhur kita.

Malam ini moment yang relevan untuk bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada para pejuang dan kepada para syuhada yang mengorbankan harta dan nyawanya. Pesan ini disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, KH. Moh. Zuhri Zaini lewat tausiahnya pada kegiatan istighosah rutin malam sabtu wage di Pondok Pesantren Nurul Jadid yang biasa ditempatkan di Masjid Jami’ pada pukul 19. 30 WIB.

Dawuh beliau, Istighosah ini untuk kepentingan Pesantren dan bangsa kita, agar bangsa dijaga dari ancaman-ancaman. Kemerdekaan itu bukan hanya kemerdekaan melawan penjajah akan tetapi merdeka dalam ekonomi, merdeka dalam segala hal. Kita harus merdeka dari kebodohan, dari hal negatif dan juga merdeka dari narkoba.

Masih lanjut beliau, Kita harus berjuang melawan segala hal yang negatif, merdeka dari ajakan-ajakan negatif baik ajakan dari luar diri terutama dari dari dalam diri kita, yaitu ajakan nafsu yang selalu mengajak kepada hal yang negatif. Sebab, terjadinya konflik itu, karena tidak bisa mengendalikan nafsu,” Tegas beliau di akhir tausyiahnya.

Pewarta : PM

Gus Imdad Rabbani : Sabar Itu Amal Hati

nuruljadid.net- Ketika ingin mendapatkan sesuatu yang terasa sulit kita melaksanakan dengan penuh kesabaran dan berjuang dengan keras. Jika sesuatu itu sudah didapatkan, maka kita akan mengalami kebahagiaan yang tanpa batas.

Pesan inilah yang disampaikan Kepala Biro Kepesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid, Karanganyar, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, Gus Imdad Rabbani, saat jadi badal KH. Moh. Zuhri Zaini dalam pengajian rutin kitab Minhajul Abidin, Rabu (14/08/2019).

Menurut Gus Amak, begitu populer disapa, Dunia tempat ujian, kadang enak dan kadang tidak enak. Yang dibutuhkan adalah kesabaran.

“Sabar adalah amal hati yang balasannya tidak bisa dihitung. Mengapa puasa itu pahalanya dirahasikan, karena puasa adalah bentuk kesabaran,” Ucap beliau

 

Pewarta : PM

Kiai-Najjiburrahman-Wahid;-Pesantren-Lembaga-mencetak-insan-berakhlak-mulia

Kiai Najiburrahman Wahid; Pesantren Lembaga Mencetak Insan Berakhlak Mulia

nuruljadid.net – KH Najiburrahman Wahid, turut hadir dalam penutupan Orientasi Santri Baru (OSABAR) 2019, beliau mengajak dan memandu seluruh santri baru putra-putri membaca Ikrar secara bersama, selesai pembacaan ikrar secara serentak, beliau memberikan tausyiah kepada seluruh santri baru. Acara yang dilaksanaskan pada, Kamis malam, (18/07/2019).

Sebagai wakil Kepala Pesantren kiai Najiburrahman Wahid menyampaikan, dengan pembacaan ikrar sudah menjadi santri Pondok Pesantren Nurul Jadid, karena mondok di pesantren itu, pada hakikatnya adik-adik santri baru ini adalah titipan, amanah dari orang tua yang dititipkan kepada pengasuh dengan baik-baik, di mintak kan restu dan doanya.

Selama beberapa hari trakhir adik-adik santri baru sudah mendapat materi tentang Nurul jadid seperti pepatah yang mengatakan “Tidak kenal maka tidak sayang”, dan semoga adik-adik setelah mengenal kemudian sayang kepada Pesantren Nurul jadid dan semakin kerasan di pesantren Nurul jadid.

“Pesantren Nurul Jadid hakikatnya adalah lembaga yang ingin membentuk adik-adik (santri) sekalian menjadi insan yang siap mengarungi masa depan lebih baik, pesantren adalah ajang pelatihan untuk membiasakan berbuat kebaikan-kebaikan, dan, di pondok kita akan di biasakan dengan melakukan amal-amal kebaikan, seperti Sholat berjamaah, hadiran (magrib, isya, subuh), pengajian kitab, sopan santun, agar nanti ketika sudah terbiasa dan pulang ke masyarakat akan membiasakan berperilaku baik, kalo kita sudah terbiasa mematuhi peraturan-peraturan di pesantren, insyallah nantinya akan menjadi hamba-hamba Allah yang sholeh-sholeha, sesuai dengan misi besar pondok pesantren nurul jadid “Mondok Untuk Mengaji dan Membina Akhlakul Karimah”  dan setiap santri yang datang ke pesantren Nurul jadid di arahkan untuk mengaji (mengkaji dan mempelajari ) ilmu-ilmu Islam dan mengamalkannya, dengan cara kita mengamalkan kita akan mempunyai Akhlakul karimah,” Dawuh Beliau

“Belajar saja tidak cukup tapi berusaha mengamalkan ilmu yang sudah kita dapat di Nurul Jadid, berusaha belajar mengkaji Ilmu Agama Islam dan berusaha mengamalkan, Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah.” Imbuhnya

Penulis : NS

Editor : PM