Pos
Renungan
Membaca bukan hanya suatu kebutuhan bagi setiap orang. Melainkan, membaca adalah suatu kewajiban bagi setiap orang terutama di kalangan santri. Kegiatan membaca ini tidak hanya di anjurkan dikalangan santri saja, akan tetapi kewajiban untuk membaca ini dianjurkan bagi seluruh umat islam sebagaimana ayat yang pertama kali diturunkan dalam kitab suci al-Qur’an yang berbunyi IQRO’ yang berarti “bacalah”. Allah SWT memerintahkan kepada seluruh makhluknya untuk membaca, yang mana “membaca” ini memiliki artian luas dalam kehidupan kita. Kata membaca ini tidak hanya diartikan sebagai membaca kitab atau buku bacaan saja, akan tetapi dalam kata IQRO’ kita di perintahkan untuk membaca segala bentuk macam tulisan yang ada di muka bumi ini dengan menyebut nama tuhan-Mu. Dan kegiatan membaca ini diperbolehkan bagi kita semua selama kita semua tahu batasan yang kita baca. Dengan cara kita mengetahui buku bacaan yang kita baca selama buku bacaan itu sesuai dengan ajaran agama.
Buku bacaan yang dapat kita baca dapat berupa buku-buku islami seperti buku sejarah islam, buku fiqih. Buku bacaan yang di baca santri pun berbeda-beda karena perbedaan tingkat usia mereka, seperti buku yang di baca oleh anak SD berbeda dengan buku bacaan yang di baca oleh anak SMP dan begitu pula buku bacaan yang di baca oleh anak SMA berbeda dengan buku bacaan yang di baca oleh seorang Mahasiswa. Namun, dari adanya semua perbedaan itu, yang paling penting adalah kita semua tahu batasan buku yang kita baca. Secara khusus pada tahap pra kuliah (tahap belajar) di dalam masa tersebut janganlah kita menyibukkan diri dengan hal yang tak berguna seperti melakukan pemikiran-pemikiran dalam berfilsafat, masalah yang berat, dan juga masalah politik yang berada di sekitar kita, karena untuk memikirkan semua itu ada waktunya tersendiri bagi kita. Maka dari itu, untuk saat ini apa yang sedang kita pelajari di sekolah itulah yang perlu kita tekuni mulai saat ini. Tidak perlu kita mempelajari dan membaca buku-buku tambahan yang lain, yang belum saatnya kita baca. Jika pelajaran yang kita pelajari saat ini kita dalami, maka hasilnya pun akan memuaskan. Dan lagi jika kita bandingkan dengan orang-orang dahulu, mereka tetap dapat meraih impian yang mereka inginkan dengan semangat belajar yang mereka miliki meskipun fasilitas pada saat itu kurang mendukung, berbeda halnya dengan saat ini yang kita rasakan. Maka dari itu, kita semua wajib mencontoh akan semangat yang dimiliki oleh santri-santri yang telah lama mendahului kita. Dan lagi fasilitas yang kita milki saat ini harus bisa menjadi penunjang kesuksesan kita dalam belajar.
Melihat dari fenomena kurangnya minat baca santri saat ini, semua itu berawal dari kesadaran diri kita masing-masing. Coba kita perhatikan yang di maksud dengan santri itu adalah apa dan bagaimana? santri itu adalah seorang pencari ilmu dan dalam mencari ilmu setiap santri membutuhkan yang namanya membaca. Dan lagi kegiatan membaca di kalangan santri ini seharusnya bisa dijadikan hobi. Karena membaca itu juga termasuk dalam kriteria pembuktian identitas santri, apabila ada seorang santri yang enggan membaca berarti bisa dikatakan dia itu bukanlah seorang santri. Apalagi bagi seorang guru, kegiatan membaca haruslah menjadi salah satu dari aktivitas rutin dalam kegiatan sehari-hari, karena guru inilah yang menjadi pedoman bagi santri-santrinya.
Sedangkan di era globalisasi yang sedang carut marut ini, banyak santri yang lebih memilih membeli komik, majalah dewasa dan lain sebagainya. Padahal buku bacaan seperti komik, majalah dewasa, dan lain sebagainya itu sangatlah tidak cocok di kalangan santri. Karena semua itu sama sekali tidak ada manfaatnya bagi kita semua. Jika kita mengaca pada diri kita saat ini sangatlah pantas bagi kita untuk menyayangi diri kita sendiri, karena pada usia remaja saat ini sangatlah kritis, yang di maksud dengan kritis ini adalah jika seorang remaja seperti kita ini sudah terjerumus kepada hal negatif maka cara untuk memperbaikinya luar biasa sulit. Karena butuh perjuangan mati-matian bagi kita untuk dapat membuatnya kembali pulih seperti sedia kala, maka dari itu, bagi remaja yang belum terjerumus ke dalam hal negatif tersebut sebaiknya berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhinya.
Cara untuk mengatasi hal tersebut ialah dengan cara sering-seringlah kita mengunjungi perpustakaan, mengikuti kegiatan pengajian, dan memperbanyak kelompok untuk diskusi bersama teman-teman yang lainnya. Kegiatan diskusi ini dapat berupa kumpul mandiri mendiskusikan mengenai pelajaran yang dapat membuat ketertarikan teman-teman kalian untuk ikut serta dalam membahas masalah tersebut. Hal yang di diskusikan dapat berupa pelajaran yang kita pelajari di sekolah tidak harus berupa masalah-masalah politik dan lain sebagainya. Karena dengan begitu otak kita tidak terpacu untuk memikirkan hal-hal berat seperti masalah politik dan lain sebagianya.
Mengutamakan kegiatan membaca sejak dini dapat menjadi salah satu dari banyak cara untuk menghindarkan kita dari terjerumusnya pada hal negatif. Kita sebagai seorang santri haruslah memaksimalkan kegiatan membaca, entah itu membaca kitab kuning ataupun buku, tentunya dari salah satu media tersebut haruslah menjadi kebutuhan pokok santri. Dan tidak hanya salah satu dari dua media tersebut (kitab kuning dan buku) yang dapat kita pilih, keduanya pun juga dapat kita jadikan kebutuhan, itu semua tergantung dari apa yang lebih kita butuhkan. Dalam hal memprioritaskan antara kitab kuning dan buku itu semua tergantung dari banyaknya hal contohnya seperti, jika sejak awal kita telah mendalami kitab kuning, maka tidak ada salahnya jika kita juga ikut turut belajar akan pelajaran umum seperti halnya pelajaran fisika, begitu pula sebaliknya. Karena saat ini semua pelajaran wajib untuk kita ketahui walupun hanya sebagian kecil saja seperti halnya saat ini kita tengah belajar bahasa arab maka tidak ada alasan bagi kita untuk meninggalkan pelajaran bahasa inggris karena sekarang semuanya bersifat Opsional yang mana semua itu bukanlah lagi suatu pilihan bagi kita semua, antara memperdalam pelajaran bahasa arab ataupun pelajaran bahasa inggris. Karena kedua mata pelajaran tersebut sangatlah penting di kehidupan kita saat ini. Karena itulah patutlah bagi kita sebagai remaja penerus bangsa untuk tidak menyia-nyiakan waktu yang tersedia bagi kita untuk bermain-main melainkan, kita semua harus dapat menggunakan waktu tersebut dengan semaksimal mungkin untuk belajar dengan tekun.
Santri itu adalah seorang pencari ilmu dan dalam mencari ilmu setiap santri membutuhkan yang namanya membaca.
Penulis : K. Imdad Robbani (Wakil Kepala Biro Kepesantrenan, Wakil Direktur LPBA dan Wakil Kepala Madrasah Diniyah Nurul Jadid)
Sumber : Majalah Iqro’ Edisi April 2017arti
KH. Moh. Zuhri Zaini; NU dan Politik
Oleh: KH. Moh Zuhri Zaini
( Penulis Adalah Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo)
Jika berpolitik dimaknai keterlibatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka ia (berpolitik) adalah suatu keniscayaan yang tak terhindarkan dari peran dan khidmah NU (Nahdhatul Ulama). Ini sesuai dengan pernyataan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar NU yang berbunyi: “Menyadari bahwa cita-cita bangsa Indonesia hanya bisa diwujudkan secara utuh apabila potensi nasional dimamfaatkan secara baik, maka NU berkeyakinan bahwa keterlibatannya (NU) secara penuh dalam proses perjuangan dan pembangunan nasional merupakan keharusan yang mesti dilakukan’.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah: Peran politik apakah yang harus dilakukan NU dan bagaiman NU harus melakukan peran politik itu? Karena dalam realitas dan prakteknya, kegiatan politik dapat dibedakan berdasarkan tujuan, target, dan cara (proses) nya, sehingga timbul istilah politik kebangsaan, politik golongan, politik kekuasaan, politik kotor dan lain-lain. Dan masing-masing jenis politik tersebut mempunyai dampak yang berbeda, baik positif maupun negatif, bagi masyarakat atau bangsa.
Memang kegiatan politik seyogyanya ditujukan untuk memberikan sebesar-besar mamfaat dan menghindarkan se-kecil-kecil madlarat (bahaya) terhadap masyarakat atau rakyat atau bangsa. Namun realitasnya tidak selalu sesuai dengan yang di idealkan (seharusnya). Banyak faktor yang dapat mendistorsi atau bahkan membelokkan tindakan politik dari tujuan idealnya. Misalnya, kepentingan pribadi atau kelompok yang—baik disadari atau tidak—sering ikut menentukan target dan cara (proses) kegiatan politik tersebut. Dan kemudian dikemas dengan kemasan “kepentingan umum”. Adanya kepentingan-kepentingan, baik pribadi maupun kelompok, sering menjadi pemicu terjadinya konflik antara pelaku politik, baik secara internal (dalam satu partai) maupun dengan pelaku politik dari kelompok atau partai yang lain. Dan yang tak kalah besar perannya, sebagai pemicu konflik adalah cara atau proses melakukan tindakan politik tersebut. Tak jarang karena didorong oleh ambisi dan emosi, sering tindakan politik dilakukan secara tidak terkontrol, sehingga melanggar rambu-rambu baik etik maupun hukum. Dalam kondisi seperti ini, aktivitas politik yang semestinya bermamfaat untuk masyarakat atau rakyat, justru berbalik merugikan dan—bahkan—menghancurkan mereka. Masyarakat menjadi terkotak-kotak, bukan hanya dalam kubu-kubu atau golongan politik, tetapi juga akan terjadi kerenggangan dan ketegangan dalam kehidupan keseharian. Silaturrahmi menjadi tersendat bahkan bisa terputus. Terjadi hilangnya rasa hormat dan kepercayaan kepada tokoh dan pemimpin masyarakat, baik individual maupun kolektif atau institusional (termasuk terhadap NU dan pemimpinnya). Dan kalau ini terus terjadi, pada gilirannya akan membikin umat atau masyarakat akan kehilangan pegangan, orientasi dan tauladan.
Dengan adanya beberapa kenyataan tersebut, sudah seharusnya bila NU kembali atau setidak-tidaknya lebih menekankan dan menseriusi pokok inti perjuangannya seperti telah digariskan para muassis (founding father) nya. Yaitu mengembangkan nilai Islam Ahl assunnah Wa aljama’ah dan melakukan upaya-upaya kemaslahatan umat dan bangsa termasuk didalamnya gerakan bela negara, memperkokoh persatuan bangsa dan bersama komponen bangsa yang lain, ikut melakukan pembangunan bangsa disegala bidang, baik agama (ahlaq dan moral bangsa) ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Terutama usaha-usaha yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat atau umat, misalnya pemberdayaan ekonomi umat, penanggulangan bencana dan kegiatan sosial lainnya.
Dalam ranah politik praktis, seyogyanya NU cukup melakukan gerakan moral dengan melakukan taushiyah dan contoh-contoh keteladanan yang baik bagi semua pihak terutama bagi kalangan warga NU sendiri. Menghindari kegiatan politik praktis yang secara langsung berorientasi kepada kekuasaan adalah agar tidak terjebak dalam konflik kepentingan dengan warga NU yang berbeda aspirasi politiknya yang mestinya, mereka harus diayomi oleh NU. Sehingga NU menjadi pengayom dan sekaligus wasit atau penengah bila terjadi konflik politik antar warga NU. Dalam hubungan dengan kekuatan politik yang ada, seyogyanya NU menjaga jarak yang sama dengan mereka serta menghindari keterlibatan pengurus (khususnya pengurus inti) dalam politik kekuasan, misalnya dengan melakukan aksi dukung mendukung terhadap orang atau kelompok tertentu. Sebagai gantinya, NU hendaknya melakukan pengayoman terhadap semua kelompok dan golongan, khususnya kader-kader NU yang ada diberbagai kekuatan politik, terutama terhadap orang-orang yang selama ini merasa dipinggirkan oleh elit NU. Sehingga mereka akan tetap merasa bagian dari NU dan memberikan kontribusi pada perjuangan NU untuk umat dan bangsa.
Tugas NU yang terpenting saat ini adalah mempersiapkan kader-kader umat atau bangsa dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang politik, NU mempersiapkan kader-kader politisi dan calon-calon pemimpin bangsa yang handal, bermoral dan mempunyai integritas serta mempunyai komitmen keumatan dan kebangsaan yang kuat. Dalam bidang keilmuan dengan menyiapkan ilmuwan dan teknolog maupun teknokrat yang kompeten dan bermoral. Dalam bidang ekonomi, dengan menyiapkan ekonom, baik praktisi maupun teoritisi, yang bermoral dan mempunya komitmen kerakyatan dan kepedulian sosial yang tinggi. Dalam bidang da’wah dan pendidikan dengan menyiapkan da’i-da’i dan pendidik yang mempunyai integritas dan kemampuan teknis dan sosial yang tinggi serta memahami kondisi riil umat atau masyarakat. Demikian pula di bidang-bidan lain seperti seni budaya, kesehatan, hankam (pertahanan dan keamanan) dan lain-lain, NU hendaknya juga melakukan pengkaderan sehingga misi NU sebagai rahmatan lil ‘alamin betul-betul menjadi kenyataan. Semoga. Amin