Pos

Upacara Kemerdekaan di Ponpes Nurul Jadid, Kiai Najiburrahman Ajak Santri Hargai Jasa Pahlawan

berita.nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo menggelar upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia di Lapangan HSN pada Sabtu (17/8/24). Dalam acara tersebut, Inspektur Upacara KH Najiburrahman Wahid menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

“Kemerdekaan ini bukan hadiah, tetapi hasil dari perjuangan yang berdarah-darah,” ujar Kiai Najib, mengingatkan para santri akan harga yang harus dibayar oleh para pahlawan untuk merebut kemerdekaan Indonesia.

Dalam amanatnya, Kiai Najib mengajak para santri untuk turut berjuang menjaga kemerdekaan yang telah diwariskan oleh para pahlawan. Ia menekankan bahwa upacara ini bukan hanya ritual tahunan, tetapi momen penting untuk menyadarkan generasi muda agar tidak melupakan sejarah perjuangan bangsa.

“Melupakan sejarah perjuangan para pahlawan adalah kelalaian besar dan bentuk pengkhianatan terhadap pengorbanan mereka,” tegasnya.

Kiai Najib juga menekankan pentingnya berpegang teguh pada Pancasila, yang ia yakini sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ia menegaskan bahwa kesetiaan kepada Pancasila harus diwujudkan oleh para santri dengan mengamalkan Panca Kesadaran.

“Kelima sila dalam Pancasila dan Panca Kesadaran saling berkaitan untuk mencetak santri yang siap mengabdi bagi agama, bangsa, dan negara,” pungkasnya.

Sebagai informasi, Pondok pesantren Nurul Jadid didirikan oleh Kiai Zaini Mun’im yang merupakan murid Kiai Haji Hasyim Asy’ari. Salah satu pendiri NU ini dikenal sebagai seorang pembaharu atau mujaddid yang mampu memadukan Islamisme dan Nasionalisme.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Kiai Najib Menggemakan Dawuh Kiai Hasan Abdul Wafi di Peringatan Maulid Nabi: Pesantren Adalah Benteng Ajaran Islam

nuruljadid.net – Wakil Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Najiburrahman Wahid menyampaikan dawuh Alm. KH. Hasan Abdul Wafi bahwa Pondok Pesantren adalah benteng ajaran agama Islam.

“Saya teringat dawuh Allahyarham KH. Hasan Abdul Wafi saat mengisi pengajian dulu, bahwa Pondok Pesantren ini adalah benteng ajaran Islam, di mana pesantren ini senantiasa berusaha mempertahankan sunnah-sunnah nabi di saat orang-orang mulai melupakan sunnah nabi,” tutur Kiai Najib saat menyampaikan sambutan dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad 1445 Hijriah di Halaman Masjid Jami’ Nurul Jadid, Ahad (15/10/23).

Beliau memberikan contoh fenomena lunturnya pengamalan sunnah-sunnah nabi di zaman sekarang, salah satunya adalah di saat hari Arafah dan Asyuro, banyak orang di luar sana tidak mengamalakan puasa sunnah, sementara kita sebagai santri masih tetap menjaganya, yaitu menjaga syiar-syiar yang mulia.

Kiai Najib mengutip salah satu ayat dalam kitab suci Al-Qur’an yang berpesan tentang perilaku menjaga syiar Allah Subhanahu wa ta’ala. Dalam Q.S. Al-Hajj Ayat 32, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman “Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati”.

Sedangkan syiar-syiar Allah Subhanahu wa ta’ala, kata Kiai Najib, itu ada banyak, diantaranya yaitu syiar tempat dan waktu.

“Syiar tempat beberapa contohnya Masjid Nabawi dan Masjid Al-Aqsa. Sementara itu, syiar Allah yang berupa waktu diantaranya seperti Hari Arafah, Sya’ban dan Ramadan,” imbuh beliau.

Beliau memaparkan beberapa contoh soal perilaku timbulnya ketakwaan dalam hati. Dawuh beliau, adalah di saat kita bersemangat menunggu kedatang para habib dan di waktu kebersamaan dengan sayyid atau habib.

Kiai Najib juga menyampaikan inti dari acara peringatan Maulid Nabi Muhammad ini adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

“Karena ada hadits mengungkapkan, salah satu tanda sempurnanya keimanan seseorang adalah saat mencintai Nabi Muhammad di atas cintanya kepada makhluk yang lain. (HR. Al Bukhari),” dawuhnya.

 

Reporter: Ahmad Zainul Khofi

(Humas Infokom)

Liburan Santri, KH. Najiburrahman Wahid: Oleh-Oleh Paling Berharga Seorang Santri adalah Akhlakul Karimah

nuruljadid.net – Menjelang liburan santri lalu, wakil Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Najiburrahman Wahid dalam tausyiahnya dawuh bahwa oleh-oleh paling berharga yang dibawa santri ke masyarakat setelah menuntut ilmu di pesantren adalah akhlakul karimah.

Nasehat tersebut disampaikan kiai Najib saat memberikan pengarahan kepada seluruh santri sebelum esoknya santri pulang liburan Ramadhan. Kegiatan tersebut dipusatkan di Masjid Jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid, dan melalui streaming audio ke wilayah-wilayah santri putri dan satelit pada Senin (29/03) ba’da Shalat Maghrib.

Selain itu, beliau juga berpesan kepada seluruh santri untuk tetap menjaga nilai moral seorang santri yang telah ditempa selama di pesantren yaitu dengan terus istiqomah menjalankan kebiasaan-kebiasaan baik ketika berada di rumah dan di tengah masyarakat.

“Ada yang memaknai santri itu adalah orang yang berusaha istiqomah mengamalkan ajaran Islam, melaksanakan sunnah Rasulullah sampai mati. Jadi bedakan antara santri secara administratif dan santri secara nilai moral. Jika santri secara nilai moral, maka sekali menjadi santri selamanya menjadi santri, di pondok kita jadi santri, di rumah pun kita tetap santri,” tutur beliau.

(Pengarahan wakil Kepala Pesantren KH. Najiburrahman Wahid kepada seluruh santri sebelum menghadapi Liburan Ramadhan 1443 H di Masjid Jami’)

Lebih lanjut, beliau kembali mengingatkan niat awal santri mondok di Pesantren Nurul Jadid, yaitu mondok untuk mengaji dan membina akhlakul karimah. Untuk itu, beliau berpesan kepada seluruh santri yang akan menghadapi libur Ramadhan untuk terus mengamalkan nilai-nilai trilogi santri Nurul Jadid, yaitu dengan memperhatikan kewajiban-kewajiban fardhu ‘ain, mawas diri dengan meninggalkan dosa-dosa besar, dan berbudi luhur kepada Allah dan makhluk Nya.

“Bahwa senakal-nakalnya santri jangan sampai meninggallkan fardhu ‘ain, jangan sampai mendekati zina, apalagi sampai keikut arus pergaulan bebas. Maka dari itu, salah satunya jauhilah teman-teman yang cenderung mengajak ke kemungkaran, mengajak untuk ikut meminum minuman keras, itu dijauhi takutnya kita terpengaruh, kecuali jika kita kuat dan malah bisa mempengaruhi mereka lebih baik itu tidak masalah,” beliau melanjutkan tausyiahnya.

Kiai Najib juga menyampaikan pesan-pesan Imam Ghazali di Kitab Bidayatul Hidayah yang tidak boleh kita tinggalkan, yaitu ilmu, ibadah, membantu orang tua atau berguna bagi orang lain, dan mencari nafkah sebagai substansi dalam kehidupan manusia.

“Paling tidak santri ketika pulang, jangan sampai lupa empat ini, kalau tidak bisa keempat empatnya, salah satunya tidak masalah. Jangan sampai ditinggal semuanya, jika semuanya ditinggalkan maka kemungkinan besar orang itu sudah masuk ke lingkaran setan,” imbuh beliau.

Terakhir, beliau berpesan kepada seluruh santri untuk meningkatkan ibadah kita selama bulan Ramadhan dan menjaga akhlak kita kepada orang tua di rumah, masyarakat dan sesama. Dawuh beliau, ada hadits yang menyatakan bahwa bulan Ramadhan ini adalah bulannya ummat Rasulullah, bulan Sya’ban adalah bulannya Rasulullah, dan bulan Rajab adalah bulannya Allah. Sehingga beliau berpesan untuk memaksimalkan ibadah di bulan mulia ini.

“Jadi kita gunakan bulan Ramadhan ini untuk ibadah, karena ibadah sunnah di bulan Ramadhan itu pahalanya setara dengan ibadah wajib di bulan-bulan lain, sedangkan ibadah wajib di bulan Ramadhan itu pahala dilipatgandakan sebanyak 70 kali lipat, bahkan tidur pun dapat pahala, jadi manfaatkan bulan Ramadhan ini untuk menguatkan ibadah, karena belum tentu kita bisa sampai lagi ke Ramadhan yang akan datang,” tutup beliau pada acara tausyiah menjelang liburan Ramadhan.

 

(Humas Infokom)

KH. Najiburrahman Wahid: Festival Maulid Momentum Penguatan Semangat Sportivitas dan Persaudaraan Santri

nuruljadid.net – Kamis malam tanggal 16 Jum’at 2021 lalu Festival Maulid Nabi Muhammad SAW 1443 H (FESMA) resmi dibuka oleh wakil kepala pesantren KH. Najiburrahman Wahid dengan pemukulan Bona yang juga diiringi dengan pemutaran video Launching Official Logo Panitia Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1443 H.

Dalam sambutan sekaligus mauidhotul hasanah KH. Najiburrahman Wahid mengangkat banyak nilai dan hikmah yang dapat dipetik dan diterapkan oleh santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo khususnya di tengah Pandemi Covid-19 saat ini. Refleksi Diri untuk menauladani semangat perjuangan dan akhlaq Rosulullah Muhammad SAW.

Menghadapi Festival Maulid ini sebaiknya dijadikan momentum untuk mengasah juga unjuk keterampilan, bakat dan kemampuan santri sehingga perlu dibarengi dengan mental yang kuat. Di tengah sambutan KH. Najiburrahman Wahid melontarkan pertanyaan kepada seluruh santri putera yang hadir pada acara tersebut.

“Apakah sahabat-sahabat santri siap menang?” tanya beliau

“Siaapppp…..” serentak seluruh santri menjawab

(KH. Najiburrahman Wahid ketika sambutan pada pembukaan Festival Maulid 2021)

KH. Najiburrahman Wahid menekankan jika kita sudah memiliki mental menang maka juga harus mempersiapkan mental untuk siap kalah. Karena di setiap perlombaan pasti ada yang menang dan kalah, sehingga perlu masing-masing individu santri menjunjung tinggi sportivitas dan fair play.

Selanjutnya, Wakil Kepala Pesantren menyampaikan bahwa pelaksanaan FESMA juga sebagai bentuk kecil untuk menegakkan syiar Islam. Terutama Syiar Islam dalam mengisi waktu memasuki bulan Robiul Awwal, yaitu bulan kelahiran manusia mulia baginda Nabi Muhammad SAW dengan lomba Islami dan Ilmiah.

Setiap santri dihimbau untuk menyambut bulan kelahiran Nabi dengan rasa bahagia dan syukur untuk mengagungkan bulan Maulid, bulan Kelahiran Nabi Muhammad SAW. FESMA ini juga bentuk aktifitas rekreatif dan edutainment dalam mengisi kegiatan santri agar tetap kreatif, aktif dan produktif di pesantren dan sebagai kegiatan pengganti ditiadakannya Libur Maulid Nabi Muhammad SAW 1443 H tahun 2021 ini.

Selain untuk menjunjung tinggi sportivitas, KH. Najiburrahman Wahid juga menyampaikan bahwa momentum FESMA ini bisa dijadikan sebagai mediator mempererat tali persaudaraan antar santri yang beragam dari berbagai daerah di Indonesia bahkan beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.

(Humas Infokom)

Khotmil Kutub KH. Najiburrahman Wahid – Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah & Adabul Alim Wal Muata’alim

Silahkan Download  Kitab Khotmil Kutub KH. Najiburrahman Wahid -Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah & Adabul Alim Wal Muata’alim

Kitab Adabul Alim Wal Muata’alim.pdf  link di bawah:

———————-

Kitab Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.pdf  link di bawah:

———————–

Khotmil Kutub Ramadhan 1441 H

Silahkan download  kitab yang dibaca pada bulan ramadhan 1441 H oleh masyayikh di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, melalui link dibawah ini :

Kitab Adabu Suliki Al amurid : kitab-aadab-solok-almoreedKitan

Kitab Al qudwatul hasanah karangan Prof. Sayyid Alwi Al-Maliki : al-qudwa-tul-hasana-by-Prof. Sayyid Alwi Al-Maliki Al-Hasani

Kitab

قل-هذه-سبيلي

 

KH. Najiburrahman: Cinta Nabi Ibrahim Kepada Allah Melebihi Cinta Kepada Segalanya

nuruljadid.net- Pada pelaksanaan salat idhul adha kali ini,  Ahad pagi (11/08/19) KH. Najiburrahman Wahid, menjadi khotib dan KH. Moh. Zuhri Zaini menjadi imam di Masjid Jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Salat idul adha diikuti oleh ribuan santri putra dan putri serta masyarakat sekitar. Masyarakai berbondong bondong memasuki halaman Pesantren untuk melaksanakan salat idul adha berjamaah. Pada saat khutbah idul adha dimulai, para jamaah salat idul adha mempersiapkan diri untuk mendengarkan khutbah yang akan berlangsung. Kemudian para jamaah mendengarkannya dengan tertib dan penuh khusyu’.

Ditengah penjelasan khutbahnya, Kiai Najib (panggilan akrab beliau) menyampaikan bahwa hari ini adalah hari yang disebut dengan al-hajjul akbar, yakni hari dimana jamaah haji berkumpul di Mina untuk menunaikan manasik haji, hari ini merupakan syiar Allah yang diantara hikmahnya: mengenang perjuangan Nabi Ibrahim melawan kecenderungan egonya, cinta kepada putra kesayangannya yaitu Nabi Ismail.


Sebuah Hadits menyatakan: Belum sempurna iman kalian, sampai kalian mencintai Allah dan Rasulnya, diatas segala galanya .
Nabi Ibrahim diuji oleh Allah, apakah dia mau mematuhi perintah Allah, jika itu berarti memusnahkan hal yang sangat beliau sayangi ( Nabi Ismail ) ternyata Nabi Ibrahim lulus ujian ituh, beliau dengan dukungan penuh Nabi Ismail melakukan perintah Allah, beliau hendak laksanakan penyembelihan itu, sehingga Allah segera mengganti Nabi Ismail dengan kambing.

Jelas sudah, Nabi Ibrahim adalah seorang Mukmin yang sempurna imannya, mencintai Allah diatas segala- galanya, mendahulukan perintah Allah diatas rasa sayang bapak kepada anak,” Sambung beliau.

Ini merupakan ajaran bagi kita, bahwa seharusnya kita sebagai mukmin yang berusaha sempurna imannya meletakkan cintanya kepada Allah melebihi cinta kepada segalanya. Tidak sempurna iman kalian sampai kalian mencintai Allah dan rasulnya diatas mencintai kalian kepada semua hal. Dan ini sudah diteladankan oleh Nabi Ibrahim dan diabadikan dengan kurban dan ibadah haji.

Saat ini kita di ajak untuk mengingat perjuangan Nabi Ibrahim, ketika dalam perjalanan untuk menyembeli Nabi Ismail di goda oleh setan dibeberapa tempat dan ketika di goda Nabi Ibrahin melempar jumroh disamping untuk mengenang atau simbol agar kita berusaha melawan ajakan setan dan hawa nafsu,” Ucap beliau

Dalam khutbahnya beliau juga berpesan agar kita harus menjaga adab kepada Allah dan menjaga tatakrama dengan mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Mari kita mawas diri menjauhi dosa-dosa besar. Janganlah sekali-kali menyakiti kedua orang tua, dan juga menjaga tatakrama atau adab kepada guru dan teman. Yang pada intinya harus menjaga tatakrama kepada Allah dan mahluk,” Tambahnya

Beliau mengajak kepada semua jamaah, “Mari kita menjaga amar makruf nahi mungkar, karena amar ma’ruf nahi munkar adalah penopang lestarinya ajaran Islam. Jika umat Islam tidak mau melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka Allah akan menimpakan berbagai adzab, antara lain: Kesulitan hidup, berkuasanya orang orang jahat, dan doa-doa tidak lagi didengar oleh Allah.

Di akhir khutbahnya beliau menjelaskan agar merenungkan kepada orang orang yang telah mendahului menghadap Allah, kehidupan dunia ini hanya sebentar dibandingkan dengan akhirat. Suatu saat Rasulullah ditanya seperti apa kehidupan akhirat itu, Rasulullah kemudian menyuruh para sahabat untuk mencelupkan jarinya ke laut, kemudian angkat, maka air yang menempel di jarimu itu laksana kehidupan dunia yang singkat dan air dilautan itu laksana kehidupan akhirat yang kekal abadi.

Dari itu, sangat rugi ketika ada orang cita citanya kesenangan dunia dan melupakan kesenangan akhirat.
Surga itu dikelilingi hal-hal yang dibenci oleh nafsu dan neraka itu dikelilingi oleh hal hal disenangi oleh syahwat.

Pewarta : PM

KH. Najiburrahman: Cinta Nabi Ibrahim Kepada Allah Melebihi Cinta Kepada Segalanya

nuruljadid.net- Pada pelaksanaan salat idhul adha pagi ini, yang bertempat di Masji’ Jami’ Nurul Jadid, Ahad (11/08/19) KH. Najiburrahman Wahid menjadi khotib dan KH. Moh. Zuhri Zaini menjadi imam.

Salat idul adha  diikuti oleh ribuan santri putra dan putri serta masyarakat sekitar yang jumlah kesemuanya cukup banyak, hingga masjid dan halaman pondok penuh dengan jamaah. Pada saat khutbah idul adha dimulai, jamaah salat idul adha mendengarkan dengan tertib dan penuh khusyu’.

Ditengah penjelasan khutbahnya, Kiai Najib (panggilan akrab beliau) menyampaikan bahwa hari ini adalah hari yang disebut dengan alhajjul akbar, yakni hari dimana jamaah haji berkumpul di mina menunaikan manasik haji, hari ini merupakan syiar Allah sebagaimana haji merupakan syiar Allah yang hikmahnya adalah untuk mengenang pengorbanan Nabi Ibrahim As, ketika beliau di perintahkan oleh Allah untuk menyembeli putranya Nabi Ismail. Ketika beliau sempat ragu apakah perintah itu dari Allah atau dari setan.
Ketika beliau sudah yakin perintah Allah, maka beliau tanpa ragu untuk menyembeli Nabi Ismail. Dan ternyata ini merupakan ujian dari Allah apakah nabi ibrahim lebih sayang kepada putranya atau lebih taat dan tetap mencintai kepada Allah meletakkan cinta dan taatnya kepada Allah diatas segala-galanya. Dan ternyata ujian Allah berhasil dilalui oleh Nabi Ibrahim, beliau lulus dari ujian Allah, beliau lebih mencintai kepada Allah, dan ternyata setelah Nabi Ibrahim mempersiapkan pisau tajamnya untuk menyembeli putranya Nabi Ismail, Allah menggantinya dengan seekor kambing. Ini merupakan ajaran bagi kita, bahwa seharusnya kita sebagai mukmin yang berusaha sempurna imannya meletakkan cintanya kepada Allah melebihi cinta kepada segalanya. Tidak sempurna iman kalian sampai kalian mencintai Allah dan rasulnya diatas mencintai kalian kepada semua hal. Dan ini sudah diteladankan oleh Nabi Ibrahim dan diabadikan dengan kurban dan ibadah haji.

Saat ini kita di ajak untuk mengingat perjuangan nabi ibrahim, ketika dalam perjalanan untuk menyembeli Nabi Ismail di goda oleh setan dibeberapa tempat dan ketika di goda Nabi Ibrahin melempar jumrah disamping untuk mengenang atau simbol kita untuk berusaha untuk melawan ajakan setan dan hawa nafsu,” Ucap beliau

Beliau juga berpesan “Kita juga harus menjaga adab kepada Allah dan menjaga tatakrama dengan mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Mari kita mawas diri menjauhi dosa-dosa besar. Janganlah sekali-kali menyakiti kedua orang tua, dan juga menjaga tatakrama adab kepada guru dan teman. Dan pada intinya harus menjaga tatakrama kepada Allah dan mahluk,” Tambahnya

Juga beliau mengajak kepada semua jamaah, “mari kita menjaga amar makruf, tegaknya agama adalah tegaknya amar mungkar. Jika orang tidak menjaga amar makruf kemudian mengerjakan kemungkaran, maka akan di adzab dengan sulitnya kehidupan, dengan hilangnya berkah dalam kehidupan dan di adzab oleh Allah dengan diutusnya pimimpin yang dhalim.

Di akhir khutbahnya beliau menjelaskan agar merenungkan kepada orang orang yang telah mendahului menghadap Allah, kehidupan dunia ini hanya sebentar dibandingkan dengan akhirat. Suatu saat Rasulullah ditanya seperti apa kehidupan akhirat itu, Rasulullah kemudian menyuruh para sahabat untuk mencelupkan jarinya ke laut, kemudian angkat, maka air yang menempel di jarimu itu laksana kehidupan dunia yang singkat dan air dilautan itu laksana kehidupan akhirat yang kekal abadi.

Dari itu, sangat rugi ketika ada orang cita citanya kesenangan dunia dan melupakan kesenangan akhirat.
Surga itu dikelilingi hal-hal yang dibenci oleh nafsu dan neraka itu dikelilingi oleh hal hal disenangi oleh syahwat.

Pewarta : PM

 

Kiai-Najjiburrahman-Wahid;-Pesantren-Lembaga-mencetak-insan-berakhlak-mulia

Kiai Najiburrahman Wahid; Pesantren Lembaga Mencetak Insan Berakhlak Mulia

nuruljadid.net – KH Najiburrahman Wahid, turut hadir dalam penutupan Orientasi Santri Baru (OSABAR) 2019, beliau mengajak dan memandu seluruh santri baru putra-putri membaca Ikrar secara bersama, selesai pembacaan ikrar secara serentak, beliau memberikan tausyiah kepada seluruh santri baru. Acara yang dilaksanaskan pada, Kamis malam, (18/07/2019).

Sebagai wakil Kepala Pesantren kiai Najiburrahman Wahid menyampaikan, dengan pembacaan ikrar sudah menjadi santri Pondok Pesantren Nurul Jadid, karena mondok di pesantren itu, pada hakikatnya adik-adik santri baru ini adalah titipan, amanah dari orang tua yang dititipkan kepada pengasuh dengan baik-baik, di mintak kan restu dan doanya.

Selama beberapa hari trakhir adik-adik santri baru sudah mendapat materi tentang Nurul jadid seperti pepatah yang mengatakan “Tidak kenal maka tidak sayang”, dan semoga adik-adik setelah mengenal kemudian sayang kepada Pesantren Nurul jadid dan semakin kerasan di pesantren Nurul jadid.

“Pesantren Nurul Jadid hakikatnya adalah lembaga yang ingin membentuk adik-adik (santri) sekalian menjadi insan yang siap mengarungi masa depan lebih baik, pesantren adalah ajang pelatihan untuk membiasakan berbuat kebaikan-kebaikan, dan, di pondok kita akan di biasakan dengan melakukan amal-amal kebaikan, seperti Sholat berjamaah, hadiran (magrib, isya, subuh), pengajian kitab, sopan santun, agar nanti ketika sudah terbiasa dan pulang ke masyarakat akan membiasakan berperilaku baik, kalo kita sudah terbiasa mematuhi peraturan-peraturan di pesantren, insyallah nantinya akan menjadi hamba-hamba Allah yang sholeh-sholeha, sesuai dengan misi besar pondok pesantren nurul jadid “Mondok Untuk Mengaji dan Membina Akhlakul Karimah”  dan setiap santri yang datang ke pesantren Nurul jadid di arahkan untuk mengaji (mengkaji dan mempelajari ) ilmu-ilmu Islam dan mengamalkannya, dengan cara kita mengamalkan kita akan mempunyai Akhlakul karimah,” Dawuh Beliau

“Belajar saja tidak cukup tapi berusaha mengamalkan ilmu yang sudah kita dapat di Nurul Jadid, berusaha belajar mengkaji Ilmu Agama Islam dan berusaha mengamalkan, Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah.” Imbuhnya

Penulis : NS

Editor : PM