Pos

Taubat dan Syukur dalam Kitab Syu’abul Iman Karya Kyai Zaini Mun’im

berita.nuruljadid.net – Dalam pengajian sore di Masjid Jami’ Nurul Jadid pada Kamis (05/09/2024), Kyai Imdad Rabbani menguraikan bait-bait yang ada dalam Kitab Syu’abul Iman karya Kiai Zaini Abdul Mun’im. Saat itu, beliau membahas dua cabang dari iman: taubat (cabang iman ke-12) dan bersyukur kepada Allah (cabang iman ke-13).

Menurut Kiai Imdad, taubat yang sungguh-sungguh itu harus disertai dengan rasa penyesalan yang mendalam.

“Hal terpenting saat kita bertaubat ialah penyesalan,” ungkap beliau.

Selain itu, beliau menguraikan syarat-syarat taubat. Syarat pertama adalah penyesalan atas dosa yang telah dilakukan. Kedua, meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti. Sedangkan syarat yang terakhir adalah tekad kuat untuk tidak kembali terjerumus dalam dosa.

“Syarat ini berlaku bila kita ingin menebus dosa dari kesalahan yang diperbuat,” tambahnya.

Setelah menjelaskan tentang taubat, Kiai Imdad melanjutkan pembahasan tentang cabang iman ke-13, yaitu bersyukur kepada Allah. Ia menekankan bahwa rasa syukur kepada Allah harus dimulai dengan pengakuan bahwa segala nikmat berasal dari-Nya. Putra Kiai Zuhri Zaini ini juga menambahkan bahwa ketika seorang hamba sudah mampu bersyukur, seluruh perbuatannya—baik pikiran maupun hati—akan digunakan untuk menunjukkan kepatuhan kepada Allah.

“Kita harus mengakui bahwa semua anugerah dan nikmat merupakan pemberian Allah. Dengan begitu, hati kita terdorong untuk bersyukur,” jelasnya.

Kendati demikian, beliau juga mewanti-wanti kepada seluruh santri. Walaupun seorang hamba harus bersyukur kepada Allah, bukan berarti hamba tersebut melupakan terhadap perantara akan turunnya nikmat tersebut.

“Di samping bersyukur kepada Allah, kita tidak boleh melupakan orang yang menjadi sebab datangnya nikmat tersebut,” tutup beliau.

 

Pewarta: Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Kiai Zuhri Zaini: 4 Penyakit Hati yang Harus Diwaspadai Umat Muslim

berita.nuruljadid.net – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini menerangkan ada 4 penyakit hati yang perlu dihindari oleh umat Muslim. Hal tersebut beliau kutip dari keterangan Syaikh Abu Yazid Al-Bustami pada kitab Minhajul Abidin karya Imam Al-Ghazali yang dikaji pada Sabtu (22/06/24) di Musala Riyadlus Sholihin.

Pertama, Kiai Zuhri mengingatkan umat Muslim untuk tidak terlalu sering berangan-angan tentang masa depan.

“Masa Depan memang perlu disiapkan dan direncanakan. Akan tetapi, jangan terlalu dipikirkan sampai berlarut-larut. Karena terlalu banyak berangan-angan tentang masa depan cenderung menjadikan kita lupa untuk menyiapkannya,” terangnya.

Penyakit hati yang kedua, lanjut beliau, adalah sifat terburu-buru untuk meraih tujuan alias bermental terima jadi.

“Terkadang kita memaksa banyak hal untuk selesai di waktu yang singkat. Padahal, ada proses penting yang harus kita lalui agar lebih bisa menikmati apa yang akan kita dapatkan,” jelasnya.

Beliau memberikan contoh fenomena era globalisasi hari ini, tepatnya usaha di saat kita hendak makan. Menurut beliau, akan berbeda rasanya ketika kita masak sendiri selama berjam-jam, ketimbang membeli makanan melalui Go Food yang hanya dapat diakses dengan satu kali ketukan di HP.

Kemudian penyakit hati yang ketiga adalah sifat dengki. Di bagian ini, Kiai Zuhri berpesan agar kita senantiasa menjauhkan sifat ke-aku-an dalam diri.

“Sifat dengki adalah rasa tidak suka apabila kenikmatan dianugerahkan untuk orang lain karena ia merasa kenikmatan hanya boleh menjadi miliknya saja,” imbuhnya.

Meniti pada poin keempat penyakit hati, yakni takabbur atau sombong. Menurut beliau, sifat sombong adalah perilaku ketika seseorang merasa dirinya besar dan sangat berharga.

“Dosa inilah yang menyebabkan Iblis durhaka kepada Tuhan karena ia merasa lebih baik daripada Nabi Adam, begitupun sifat inlah yang menjadikan Qabil, putra Nabi Adam As, membunuh saudara kandungnya sendiri (Habil, red.),” paparnya.

Akhir penjelasan tentang 4 hal di atas, Kiai Zuhri berpesan kepada umat Muslim untuk senantiasa melakukan introspeksi diri dan menjernihkan hati agar amal-amal yang dilakukannya tidak berujung sia-sia.

 

Pewarta: Naura Fikroh Sadidah

Editor: Ahmad Zainul Khofi