Oleh: KH. Moh Zuhri Zaini
Setiap manusia pasti mendambakan kebahagiaan berupa keselamatan, ketentraman dan kesejahteraan lahir-batin, jasmani-rohani, materiil-inmateriil, baik dalam kehidupan sekarang di dunia (yang sementara) maupun kelak dalam kehidupan di akhirat (yang hakiki dan abadi).
Untuk mencapai tujuan ini manusia harus membekali diri dengan keyakinan yang benar dan mantap, kepribadian, akhlak yang baik, sikap yang benar, ilmu yang cukup, wawasan yang luas, keahlian dan keterampilan yang diperlukan.
Dalam rangka membantu para santri mendapatkan bekal-bekal hidup tersebut, pondok pesantren mendidik para santri agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berkepribadian dan berakhlak mulia, berilmu yang cukup dan berwawasan yang luas, berkeahlian dan berketerampilan di bidangnya, mandiri dan bermanfaat bagi lingkungan keluarga, masyarakat dan bangsa.
Untuk mencapai tujuan pendidikan di atas, para santri hendaknya menempa dirinya dengan mengikuti dan menyelami semua program-program pendidikan yang telah ditetapkan pesantren, baik program wajib maupun pilihan. Program-program pendidikan tersebut, meliputi berbagai bidang sesuai dengan aspek-aspek diri dan kehidupan manusia, yaitu: pendidikan dan ketaqwaan, pendidikan kepribadian dan akhlak, pendidikan kemasyarakatan dan kebangsaan, pendidikan keilmuan dan wawasan, serta kewirausahaan. Bentuk kegiatan dan metodenya merupa penyampaian materi atau informasi dalam kegiatan belajar di sekolah, majelis pengajian, kursus-kursus, diskus, seminar, study laboratorium, atau lapangan, studi perpustaka dan lain-lain. Juga berupa indoktrinan, pengarahan-pengarahan, pembiasaan, bimbingan dan penyiluhan, pelatihan, bakti sosial/kerja bakti disamping penerapan aturan (norma-norma) baik di sekolah, di asrama mapun yang bersifat umum diserai sanksi-sanksi pelanggarannya. Dan yang tak kalah pentingnya adalah percontohan dan keteladanan serta penciptaan lingkungan yang bersifat kondusif demi efektifitasnya program-program pendidikan yang telah ditetapkan.
Agar berhasil dalam menyelami pendidikan di pesantren, setiap santri harus mengikuti seluruh paket program pendidikan yang telah di tetapkan pesantren bagi tiap santri sesuai dengan tingkat kemampuan, bakat dan minat masing-masing santri. Dalam pelaksanaan program-program pendidikan yang harus diikuti setiap santri ada skla prioritas sesuai dengan status masing-masing program. Apakah program itu termasuk pendidikan dasar, pokok, penting atau hanya pelengkap. Program pendidikan yang bersifat dasar harus didahulukan dari pada yang hanya penting apalagi pelengkap. Misalnya ilmu yang menyangkut pokok-pokok aqidah dan ibadah hendaknya dipelajari lebih dahulu sebelum sebelum mempelajari ilmu-ilmu penunjang, lebih-lebih yang hanya pelengkap. Termahuk harus diprioritaskan adalah kemampuan-kemampuan Al furudl Al Ainiyah (hal-hal yag menyangkut aktifitas kita sehari-hari).
Dengan melihat berbagai program pendidikan pesantren dengan berbagai bidang, bentuk dan metodenya, jelaslah bahwa pendidikan agama tidak hanya bertujuan mencerdaskan otak melalui pelatihan dan pengajaran ilmu pengetahuan dan keterampilan, tetapi lebih dari itu pendidikan agama bertujuan untuk memperbaiki watak (karakter dan akhlak) melalui penyuluhan, pengarahan, keteladanan dan latihan kejiwaan (riyaadlatun nafsyi) berupa amaliyah-amaliyah ibadah melaui (sholat, puasa, aurat-aurat dan lain-lain) maupun amaliyah ibadah sosial (bakti sosial, kerja bakti, dll) disamping penegakan disiplin dan aturan/norma berikut sanksi-sanksi, baik dilingkungan sekolah, asrama, maupun secara umum. Maka demi keberhasilan pendidikannya, setiap santri selain siap belajar dan mencerna ilmu pengetahuan juga harus siap menerima pelatihan dan berlatih diri baik dalam beramal maupun bergaul sehingga selain berilmu dan berotak cerdas juga berakhlak dan berjiwa waras (sehat).
Memang tidak mudah menjalani program-program pendidikan komprehensif seperti yang dilaksanakan di pondok pesantren. Banyak kendala-kendala dan hambatan yang harus dihadapi. Diantaranya: kendala yang pertama adalah, diri/maksa diri kita sendiri. Nafsu manusia cenderung bersenang-senang, bersantai dan bermalas-malasan. Jadi, hanya ingin melakukan hal-hal yang menyenangkan, sekalipun hal tersebut membahayakan hidupnya (narkoba, zina, minuman keras, judi, dll). Sebailiknya nafsu selalu ingin menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan sekalipun hal tersebut sangat dibutuhkan untuk kemaslahatan hidupnya (misalnya: memberi obat bagi orang sakit). Dengan mengetahui sifat nafsu yang demikian itu, maka seorang santri harus bisa melawan nafsunya mengajak pada hal-hal yang bermanfaat sekalipun kadang-kadang tidak disenangi-nya. Untuk menundukkan dan mengendalikan nafsu diperlukan pelatihan-pelatihan melalui amal-amal ibadah (murni atau sosial), bimbingan dan penyuluhan, mengikuti aturan-aturan/norma-norma disamping berdoa memohon pertolongan Allah Swt.
Kendala-kendala lain adalah lingkungan yang jelek berupa pergaulan dan teman yang mengajak kita kepada perilaku yang merugikan, karena tidak jarang orang yang semula baik tapi karena pengaruh teman dan lingkungannya menjadi jelek. Karena seorang santri harus berupaya menciptakan lingkungan yang baik yang menunjang keberhasilan cita-cita dan tujuan mondoknya dengan melakukan amar-makruf dan nahi-mungkar. Jika tidak mampu melakukannya, hendaknya menjauhi lingkungan tersebut. Walaupun tidak perlu membenci atau memusuhi siapa pun.
Selain kedua kendala di atas, ada kendala yang lain, yaitu masalah bekal (materi), baik yang berlebihan maupun yang kekurangan. Santri yang berbekal lebih, sering tidak bisa mengendalikan nafsunya sehingga ia berlaku boros, berpergian atau berbelanja yang tidak perlu. Sehingga mengganggu kegiatan pendidikannyadi pondok. Untuk santri yang demikian perlu pengendalian nafsu dan mengelola keuangannya dengan baik untuk hal yang perlu saja. Dengan mangalami hidup prihatin di pondok, justru akan mendatangkan hikmah tersendiri.
Selain menanggulangi kendala-kendala tersebut, agar berhasil dalam pendidikannya seorang santri harus bisa memanage diri, waktu, fasilitas termasuk dana yang dimiliki dengan membuat program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Jika perlu, konsultasilah pada guru, atau pengurus senior, BP, atau bahkan kepada pengasuh.
Dan yang paling terakhir, hendaklah selalu berdo’a, memohon pertolongan Allah melalui dzikir dan shalat. Agar yang dicita-citakan dapat tercapai dengan sempurna bersama ridlonya. Sehingga menjadi orang yang selamat, bermanfaat, dan bahagia dunia-akhirat.
Dimuat dalam Rubrik Lentera Hati, Majalah MISI, SMU Nurul Jadid,
Edisi X / April-Oktober-2002