Pos

Halaqoh Tashfiyah dan Dialog "Memperkokoh Ukhuwah dengan Pendekatan Qolbu dalam Bingkai NKRI"

Gus Qayyum; Ketidak tahuan akan menyebabkan, Fanatisme Buta dan Kebencian yang Berlebihan

nuruljadid.net- Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo gelar Halaqoh Tashfiyah, senin siang (23/09/19) di AULA Pesantren Nurul Jadid. Yang menjadi pembicara pada acara halaqoh dan dialog ini KH. Abdul Qoyyum Manshur dari Lasem, Rembang, Jawa Tengah.

Sebanyak 600 lebih peserta halaqoh tersebut. Mereka datang dari beberapa kabupaten se Tapal Kuda yang terdiri dari Pengasuh Pondok Pesantren, JATMAN, MATAN dan beberapa undangan dari unsur dosen dan guru dilingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Halaqoh Tashfiyah dan Dialog "Memperkokoh Ukhuwah dengan Pendekatan Qolbu dalam Bingkai NKRI"

Halaqoh Tashfiyah dan Dialog “Memperkokoh Ukhuwah dengan Pendekatan Qolbu dalam Bingkai NKRI”

KH. Moh. Zuhri Zaini, sebagai shohibul bait dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada para habaib, masyaikh dan kepada undangan yang hadir.

Terutama ucapan terima kasih beliau disampaikan kepada KH. Abdul Qoyyum Manshur Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Lasem, Rembang, Jawa Tengah, karena bersedia hadir untuk memberikan bekal berupa ilmu pada acara ini.

Pesan Kiai Zuhri, setelah kita mengikuti kegiatan halaqoh tashfiyah ini, semoga hati kita menjadi jernih dan bersih. Sebab dengan hati yang jernih dan bersih kita melihat sesuatu dengan jernih dan bersih.

Pada pukul 14. 00 WIB kegiatan halaqoh tashfiyah dan dialog dimulai dengan tema ” Memperkokoh Ukhuwah Dengan Pendekatan Qolbu Dalam Bingkai NKRI” dipandu oleh Gus Fayadl sebagai moderator.

Ditengah pemaparannya, Gus Qoyyum menyampaikan hal penting yaitu : Ketidak tahuan akan menyebabkan, Fanatisme buta dan Kebencian yang berlebihan, Rasa kemanusiaan seseorang tidak boleh melampaui wilayah Tauhid.

Beliau memberikan contoh, ada orang Kafir miskin membutuhkan makan untuk dirinya atau saudaranya maka berilah dia karena alasan kemanusiaan.

Jika ada orang kafir membutuhkan dana untuk membangun tempat ibadahnya, tidak usah di kasi, tetapi tetap hormati mereka dalam ibadah mereka.

Pewarta : PM

KH. Moh. Zuhri Zaini; Dengan Hati Yang Bersih, Kita Bisa Melihat Sesuatu Dengan Jernih

nuruljadid.net- Dalam sambutannya KH. Moh. Zuhri Zaini menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran KH. Abdul Qoyyum Mansyur di Pondok Pesantren Nurul Jadid untuk mengisi acara Halaqoh Tashfiyah. Ucapan terima kasih pula disampaikan kepada para habaib, masyayikh dan para segenap undangan yang hadir. hal ini disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo tersebut pada Kegiatan halaqoh tashfiyah, senin siang pukul 13. 30 WIB (23/09/19) yang bertema ” Memperkokoh Ukhuwah Dengan Pendekatan Qolbu dalam Bingkai NKRI” di AULA Pesantren Nurul Jadid.

Dawuh beliau, ditengah sambutannya, menyinggung soal tema kegiatan halaqoh, “Halaqoh ini adalah halaqoh tashfiyah (penjernihan), kita harapkan setelah mengikuti halaqoh ini, kita menjadi bersih dan jernih utamanya hati kita,”

“Sebab dengan hati yang bersih kita melihat sesuatu dengan jernih sehingga terang menderang, tidak ada sangka-menyangka tidak ada curiga. Dan kita bisa berfikir jernih juga dan bersikap jernih dan berbuat jernih. Sehingga dari kejernihan ini bisa memancarkan hubungan baik kepada semuanya. Baik kepada Allah SWT maupun kepada manusia bahkan kepada mahluk yang lain,” Lanjut beliau.

Diakhir sambutannya Kiai Zuhri (sapaan akrab beliau) mengatakan “Kami yakin sebagai shohibul bait, banyak hal yang kurang berkenan, inginnya lebih baik lagi dan sempurna, namun apa daya tangan tidak sampai. Dari itu kami mohon maaf yang sebesar-sebesarnya. Tapi dengan hati yang bersih maaf akan mudah diberikan,”.

 

Pewarta : PM

 

KH. M. Lukman Hakim: Tuhan Jangan Dijadikan Kentongan

NurulJadid.net – Judul di atas dikutip dari pernyataan KH. M. Lukman Hakim dalam seminar thariqah dan pengukuhan UKM MATAN (Mahasiswa Ahli Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah), Universitas Nurul Jadid (UNUJA). Probolinggo, Senin (15/10/18).

Dalam era millenial yang serba cepat, serba mudah, dimanja teknologi yang menjamur saat ini, masyarakat mengalami kekeringan spiritual. Keadaan tersebut menurut Kiai Lukman membuat momen manusia tersandra untuk sejenak melakukan permenungan-permenungan terhadap sang Khalik. Tak ayal kemudian, orang baru menyadari atau mengingat rabbnya ketika mereka tertimpa masalah atau kesulitan-kesulitan.

Lebih jauh, KH. Lukman Hakim kenapa manusia sering gelisah, stres, karena lupa terhadap tuhan, ini faktor dari ‘ego’ manusia. Egoisme-egoisme ini membuat mereka tejatuh dalam kubangan dhulumat (kegelapan) sehingga tuhan terhijab.

Dalam ceramah ilmiah tersebut, pimpinan Sufi Center ini memberi tips bagaimana cara mudah latihan zikir atau mengingat Allah, yakni model zikir a la nabi Muhammad saw. Menurutnya, nabi selalu berzikir kepada Allah hingga tidak sadarkan diri atau tertidur.

hal ini adalah langkah praktis agar kita terlatih yadzkuruna Allaha daiman (zikir mengingat Allah selalu), bukan sekedar diingat ketika kita tertimpa masalah. “Tuhan jangan jadikan kentongan. Kentongan di masjid itu bunyi jika hanya masuk waktu sholat, selain itu tidak”. Jelasnya.

Kenapa zikir urgen dalam kehidupan? “zikir itu seperti dinamo yang menghasilkan listrik yang mampu memberikan cahaya pada lampu”. Jika tidak ada aliran listrik yang terjadi adalah gelap.

Namun dia menjelaskan bahwa semuanya ada takarannya, begitu pula thariqah. Hal ini pula alasan munculnya banyak thariqah, karena takaran hati manusia berbeda-beda. Fakultas-fakultas pribadi sesorang tidak sama dan tidak harus disamakan. “Ada hati manusia yang takarannya seperti cangkir, seperti piring.” Terangnya.

Lebih lanjut pria paruh baya ini mengatakan, “Manusia sering stres karena mereka merasa berdaya” Ucapnya. Egoisme demikian memang membuat manusia jadi hebat. Puncak egoisme modern terjadi pada Desacartes yang kemudian lahirlah revolusi indusrti, manusia jadi hedonis, gedung-gedung tinggi, teknologi semakin canggih. “Mereka Hebat saya kira tapi hebat yang Dhulumat. Hebat yang gelap” Akunya. (Sholehuddin)