Pos

Ma’had Aly Nurul Jadid Akan Gelar Wisuda Akbar ke-11, Sebanyak 113 Mahasantri Siap Diwisuda

berita.nuruljadid.net – Ma’had Aly Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, akan menggelar Wisuda Akbar ke-XI bagi mahasiswa program Marhalah Ula (M.1) dan Marhalah Tsani (M.2) pada 22-23 Februari 2025. Acara ini menjadi momentum penting dalam meneguhkan komitmen lembaga dalam mencetak kader ulama yang memiliki wawasan keislaman mendalam serta mampu menjawab tantangan zaman.

Ketua Panitia Wisuda Akbar ke-XI, Sairafi mengungkapkan bahwa, acara wisuda ini akan dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk Dr. KH. A. Muhyiddin Khatib, M.HI, yang merupakan anggota Majelis Masyayikh Kementerian Agama RI bidang Fikih dan Ushul Fikih.

“Sementara, kegiatan wisuda akan dibagi menjadi dua rangkaian besar, yakni pada Sabtu malam (22/02) yang berfokus pada demonstrasi wisudawan mahasantri pra Ma’had aly. Sedangkan acara inti wisuda akan dilaksanakan pada keesokan harinya, yakni Ahad (23/02), dengan rangkaian utama: prosesi pengukuhan, ikrar, serta orasi ilmiah,” imbuh Sairafi.

Menurut Sairafi, data wisudawan Ma’had Aly Nurul Jadid pada tahun ini terdiri dari Mahasantri Pra Ma’had Aly sebanyak 15 Mahasantri program tamhidiyah, 5 Mahasantri program I’dadiyah; Mahasantri Marhalah Ula (M1/S1) sebanyak 85 Mahasantri; dan Mahasantri Marhalah Tsani (M2/S2) sebanyak 8 Mahasantri.

Informasi Program Pembelajaran di Ma’had Aly Nurul Jadid

Selain itu, Sairafi menerangkan tentang program pembelajaran di Ma’had Aly. Menurutnya program pra Mahad Aly merupakan pembelajaran persiapan bagi Mahasantri yang belum memiliki skill keilmuan dasar untuk memahami kitab kuning. Program pra Mahad Aly ada dua kelas, yakni kelas tamhidiyah dan I’dadiyah.

“Sebenarnya materi yang dipelajari oleh mahasantri di program pra Mahad Aly memiliki kesamaan, yakni para mahasantri wajib mempelajari kitab Fathul Qorib. Sedangkan yang membedakan adalah di kelas tamhidiyah, para mahasantri fokus mempelajari cara membaca kitab tanpa harakat beserta kedudukan nahwu shorofnya. Sedangkan di kelas I’dadiyah, para mahasantri fokus memahami dan menjelaskan makna teks kitab Fathul Qorib,” terangnya.

Untuk program M1, lanjut Sairafi, pembelajaran perkuliahan yang ditempuh selama 4 tahun. Para mahasantri wajib menuntaskan pembelajaran kurikulum akademik dan takhossus sesuai dengan kriteria minimal nilai yang telah ditetapkan. Di akhir semester, para mahasantri wajib mengerjakan tugas akhir berbahasa arab berupa Syarah kitab, nadzam, skripsi (Bahtsul ilmi) atau jurnal (risalah ilmiah).

“Sedangkan untuk Marhalah Tsaniyah merupakan program setara S2 di perguruan tinggi. Waktu pembelajaran ditempuh selama dua tahun sesuai dengan kurikulum pembelajaran yang telah ditetapkan. Di akhir semester, para mahasantri wajib membuat tugas akhir berupa tesis atau Syarah kitab,” katanya.

Dengan digelarnya Wisuda Akbar ke-XI ini, Ma’had Aly Nurul Jadid semakin meneguhkan perannya sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam yang berkomitmen melahirkan generasi tafaqquh fi ad-din, siap mengemban amanah sebagai ulama yang kompeten dan berkontribusi bagi masyarakat.

 

Pewarta: Alfin Haidar Ali
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Kisah Perjuangan Yudi Kandrian Peraih Wisudawan Terbaik Ma’had Aly 2023/2024

nuruljadid.net – Yudi Kandrian, merupakan lulusan terbaik Wisuda Ke-10 MA’had Aly Nurul Jadid tahun akademik 2023/2024. Namun ini bukan prestasi pertama yang ia raih selama di Asrama Al-Amiri Mannan (j) Pondok Pesantren Nurul Jadid. Prestasi pertama dan kedua didapatkan pada saat I’lan Program Tamhidiyah dan Program I’dadiyah pada Wisuda ke-7 dan ke-8.

Dalam kesempatan ini ia menyampaikan rasa senang dan sedih ketika ia dinobatkan sebagai wisudawan terbaik. “Rasa senang karena saya bisa membanggakan kedua orang tua saya dengan diraihnya prestasi-prestasi saya selama menjalani pembelajaran, di sisi lain saya sedih karena takut akan ketidaksesuaian penilaian orang lain terhadap ilmu yang ada pada diri saya,” terangnya saat diwawancarai.

Selama menempuh pendidikan di Ma’had Aly, maha santri yang akrab di sapa Yudi, memiliki kesan, baik kesan pahit dan manis. Kesan pahitnya ketika tidak lulus tes kelayakan Program Tamhidiyah. Sedangkan kesan termanisnya ketika: “Belajar dari kegagalan menuju keberhasilan di masa depan seperti yang saya rasakan pada saat ini,” tuturnya.

Penyampaian terpisah, menurut Yudi saya berterimakasih kepada semuanya. “Terima kasih kepada pihak sivitas akademika Ma’had Aly Nurul Jadid, keluarga, dan kawan-kawan sejawat yang telah mendukung dan mengantarkannya hingga ke titik sekarang ini,” sambungnya.

Harapan pun ia sampaikan dengan penuh percaya diri. Selain berharap kepada dirinya sendiri untuk terus istiqamah menjadi lebih baik ke depannya. Ia juga berharap kepada adiknya agar: “Bisa mengambil pelajaran dari apa yang saya capai selama di Ma’had Aly Nurul Jadid, serta mampu termotivasi dari apa yang saya capai”.

Akhir dari wawancara, wajibnya belajar pun diungkapkan.“Dawim aladdarsyi waliddufariquhu wal ilmu biddarsyi komawatafa’aka. Artinya: ‘dan tetaplah belajar jangan pernah kau meninggalkan belajar karena dengan belajar itu ilmu kita akan berkembang’,” pungkasnya.

 

Pewarta : Ahmad Tajul Arifin
Editor : Ponirin Mika

Rois Syuriah PBNU: Negara Wajib Mengawal Undang-Undang Pesantren

nuruljadid.net – Dr. KH Abdul Ghofur Maimoen mengungkapkan bahwa seluruh kegiatan yang terselenggara di bawah naungan pondok pesantren telah diakui oleh Negara dengan diresmikan nya undang-undang No. 18 Tahun 2019.

“Alhamdulillah, undang-undang pesantren tahun 2019 telah diresmikan. Negara telah mengakui keberadaan pendidikan di pesantren” ungkapnya Rabu (5/03/24) saat memberikan orasi ilmiah di acara wisuda Ma’had Aly ke 10 Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Imbuhnya kemudian, bahwa undang-undang tersebut tidak hanya mengakui kegiatan yang formal saja seperti Ma’had Aly, Diniyah Formal, dan Mu’adalah melainkan juga pendidikan non formal seperti PKBM pada pendidikan Kemendikbud.

Selain itu, Dr. KH. Abdul Ghofur Maimoen menegaskan bahwa, kewajiban kita saat ini adalah selalu melakukan kegiatan-kegiatan, lobi-lobi agar siapapun presidennya untuk terus mengawal undang-undang pesantren.

“Siapapun presiden kita, kewajiban kita adalah melakukan kegiatan-kegiatan, lobi-lobi agar kebijakan lima tahun kedepan, siapapun presidennya harus terus mengawal undang-undang pesantren,” imbuh nya.

Dengan demikian menurut beliau, jika mau menjadi presiden harus mendengar suara pesantren bahkan dapat dipastikan calon presiden yang tidak mendekat pada pesantren tidak akan terpilih.

“Kalau mau menjadi presiden harus mendengar suara pesantren. Hampir bisa dipastikan di negeri ini, kalau ada calon (presiden) yang tidak mendekat ke pesantren itu tidak akan jadi (terpilih),” tegasnya.

 

Pewarta: Moh. Ferdiansyah
Editor: Ponirin Mika

Ma’had Aly Gelar Wisuda ke-10

nuruljadid.net – Ma’had Aly Pondok Pesantren Nurul Jadid menggelar I’lan program tamhidiyah dan i’dadiyah di acara wisuda ke-10 Ma’had Aly Nurul Jadid. Senin malam (5/3/24) di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid. Turut hadir, Gus Moh. Hilman Zidny Romzi, Dosen Ma’had Aly, dan peserta I’lan beserta walinya.

Kegiatan ini, selain menyematkan tanda resmi kelulusan, juga terdapat demonstrasi atau peragaan kelayakan kelulusan yang diuji oleh ustadz dan ustadzah dari Ma’had Aly. Rasa senang dan syukur menghiasi ruangan acara, baik dari penguji, peserta I’lan beserta walinya.

Potret peserta wisuda tengah melakukan uji demonstrasi menjelang wisuda.

Sebagaimana keterangan peserta I’lan, Bagus Ridwan pada saat diwawancarai. Menurutnya, di I’lan ini merupakan suatu kebahagiaan. 

“Saya sangat bersyukur karena ini I’lan kedua kalinya. I’lan pertama pada Program Tamhidiyah, dan sekarang di I’lan lagi untuk Program I’dadiyah,” ungkapnya.

Senada dengan itu, H. Nur Holis, wali dari santri yang bernama Riki Habibi asal Sumenep menyampaikan rasa syukurnya atas peraihan putranya.

“Sangat Puas dan gembira sekali karena melihat langsung putra saya ketika didemonstrasi tentang ilmu alatnya (nahwu dan shorrof, red.) berkaitan dengan ilmu-ilmu kitabiyah,” tuturnya.

Pengampu Program Tamhidiyah sekaligus Penguji demonstrasi juga menuturkan, Ustadz Suridi, tentang rasa bangganya bisa menjadi penguji pada demonstrasi dan banyaknya mahasantri yang di I’lan dari Program yang diampunya tersebut.

“Menjadi kebanggaan bagi saya karena teman-teman banyak yang di I’lan. Termasuk di program (Tamhidiyah, red.) yang diampuh saya sebanyak 30 mahasantri yang lulus seleksi I’lan pada malam hari ini, ‘Alhamdulillah’, ” paparnya.

 

Pewarta: Moh. Syafakhorrahman

Editor. : Ponirin Mika