Mengenang Kembali Jasa Pahlawan
Malam itu saya berada di warung kopi yang biasa saya kunjungi. Dengan segala harap ingin menikmati kopi yang menggugah, saya pun berangkat ngopi. Tidak lama berselang, saya pun memesan kopi favorit saya. “kok ya dingin sekarang ya mas? Ah pas sekali saya ke sini” ujar saya sengaja membuka percakapan dengan pelayan warung itu. “Iya mas, seperti biasa pasti sepi jam-jam segini”. Seperti biasa pada jam 10 malam ke atas warung itu sepi pembeli. “ah ngopinya damai ya, apa lagi tugas-tugas kuliah pada rampung hehehe” saya mencoba menghiburnya yang tampak kelelahan. “Wah, bakalan damai nih mala mini. Untungnya kita bisa menikmati kopi dengan suasana damai mas”, “kenapa emang mas? Kan emang damai di sini”, “Aku sempet mikir mas, gimana orang jaman dulu waktu perang, kan gak sempet ngopi. Untunglah sekarang gak ada perang mas” ujarnya ke padaku. Percakapannya sedikit menggelitik pikiranku, seandainya kita hidup di zaman perjuangan para pendahulu, maka sulitlah kita untuk menikmati kopi hangat. Jangankan menikmati, menikmati aroma kopi yang baru diseduh pun sepertinya jarang, kalaupun bisa mungkin curi-curi di sela pengintaian para penjajah. Kurang lebih begitulah suasana yang tidak jauh berbeda jika kita gambarkan. Pertanyaannya ialah bisakah kita mempertahankan perjuangan pendahulu kita? Apa yang patut dilanjutkan perjuangan pendahulu? Saya yakin kita pasti paham apa yang harus dilakukan untuk melanjutkan perjuangan para pendahulu kita. Di sini, di tempat kita masing-masing, mari seduh kopi atau pun sejenisnya, mari mengenang kembali jasa-jasa para pahlawan pendahulu dan sekarang agar terpupuk kembali semangat juang yang mungkin sempat kendor.
Kembali pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya, Sutomo, lebih dikenal dengan Bung Tomo, membangkitkan semangat para penduduk Surabaya untuk melawan tentara inggris dan NICA-Belanda. Bisa kita dibayangkan bagaimana suasana kota pahlawan pada saat itu, terlebih lagi dengan tewasnya Bigadir Jendar Mallaby sebagi pemimpin pasukan inggris tewas ditangan salah satu pemuda Surabaya. Singkat cerita, dengan semangat yang berapi-api kota Surabaya pun dapat diambil alih kembali. Pahlawan memiliki perannya masing-masing sesuai dengan tuntutan zaman. Sama halnya dengan para guru kita terdahulu dan sekarang yang tak jemu-jemu untuk mengarahkan, mendidik serta mengingatkan kita untuk salalu berada di jalan yang benar. Mendidik dan membimbing bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dilakukan. Mengurus ribuan santri dengan watak yang berbeda, mengurus keluarga dan beliau sendiri merupakan hal yang sangat sulit dilakukan tanpa kesabaran yang amat tinggi. Bagaimana tidak, mengisi pengajian setiap harinya, menghadiri undangan lalu masih dengan urusan-urusan kompleks lain yang harus diselesaikan sudah menjadi tanggung jawab yang besar. Dengan ilmu yang telah diberikan, kita terbebas dari kebodohan dan terbekali nilai-nilai keislaman yang telah diajarkan. Profil orang-orang besar alumni PP. Nurul Jadid adalah salah satu keberhasilan beliau dalam mendidik kita sebagi santrinya. Kontribusinya tidak sebatas hanya di kalangan santri, tetapi juga terhadap masyarakat luas. Semenjak kedatangan Kh. Zaini Mun’im, peradaban masyarakat tanjung dan sekitarnya membuahkan hasil yang signifikan. Begitu banyak jasa para guru kita yang patut diapresiasi, diingat dan yang terpenting ialah dilanjutkan. Tongkat estafet haruslah berlanjut dan tidak semenah-menah terputus. Sebagai santri beliau, semangat juang yang telah dicontohkan haruslah dilestarikan. Mari merenungkan kembali apa yang telah beliau beian terhadap kita dan hal yang terpenting ialah bermanfaat ditengah masyarakat.
Oleh : Iqbal Al – fardi (Alumni LPBA PP. Nurul Jadid)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!