20180827_artikel-islam-nusantara

Islam Nusantara Sebagai Payung Bangsa

Agama Islam hadir ditengah-tengah masyarakat sebagai agama untuk memberi kedamaian, kesejahteraan dan perlindungan hidup bagi seluruh manusia. Sebagian besar ajaran-ajarannya membahas tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan persoalan-persoalan kehidupan baik berkait kehidupan di dunia dan juga kehiduapan akhirat. Dibawa tangan Rasululllah Islam datang untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat, bahwa segala tindak tanduk yang merugikan terhadap diri sendiri dan orang lain merupakan prilaku yang tidak terpuji. Dan islam dengan tegas tidak membenarkannya. Terlebih tindakan-tindakan yang menyimpang dari ajaran prnsip-prinsip agama dan keberagamaan. Diakui atau tidak, setelah wafatnya Rasulullah ajaran islam mulai banyak ditumpangi oleh kepentingan-kepentingan politik, sehingga disana sini ada perpecahan. Politik akan lebih mementingkan aku bukan kita dan mementingkan kami bukan kita, sedangkan ajaran islam lebih banyak berbicara tentang kita dari pada semua itu. Pembahasan ajaran islam tentang kita biasanya menyangkut persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan tidak berbicara tentang persoalan-persoalan hubungan individu dengan Tuhannya, karena persoalan individu dengan Tuhannya merupakan kewajiban personal. Mengapa islam lebih banyak menyinggung persoalan kita, karena islam bukan agama individualistik yang terpaku pada pembahasan holistik. Islam adalah agama sosial, ajaran-ajarannya adalah refresentasi dari gejala-gejala sosial.

Rasulullah sangat memahami akan hal ini, sehingga dalam perjalanan kehidupan rasul selalu mededikasikan dirinya sebagai pelayan ummat dan bangsa untuk kemaslahatan ammah dan menghindarkan diri dalam mengambil kesempatan untuk kemaslahatan diri, keluarga dan bahkan kelompoknya. Tauladan yang dilakukan Rasulullah seyogyanya menjadi cermin bagi masyarakat, terutama masyarakat muslim dalam berfikir dan beramal. Dalam pribadi Rasulullah berisi ajaran islam kaffah dan terwujud secara komprehensif. Maka dengan memahami ajaran islam secarah utuh yang dipraktikkan oleh rasulullah ini, akan membawa kepada islam yang mernafas nilai-nilai universal bukan partikular atau sektoral.

Mengapa Harus Islam Nusantara

Islam Nusantara seringkali dipahami sebagai islam yang keluar dari ajaran islam yang dibawa oleh Rasulullah. Pandangan seperti ini mengira bahwa Islam Nusantara, ajaran baru yang dibuat oleh ulama nusantara, dan dipandang telah menciderai ajaran-ajaran isalam sebagai  wahyu Tuhan. Dan bahkan ada yang mengklaim bahwa yang membuat istilah Islam Nusantara adalah orang yang akan mengkaburkan antara ajaran yang dibawa olen Nabi Muhammad dengan ajaran yang dibawa oleh ulama nusantara. Padahal Islam Nusantara itu ya Islam NU, Islam Ahlusunnah wal Jmaahan-Nahdhiyah. Isinya lama dalam botol baru. Tidak ada yang berubah basis teologinya asy’ari dan almaturidi, basis fiqhnya syafi’i, maliki, hanafi dan hambali dan basis tasawufnya junaid albagdhadi dan imam al-ghazali. Sederhananya adalah islam Nusantara adalah ajaran islam yang dibawa oleh Rasulullah yang di amalkan dalam wadah Nusantara, sebagimana sudah dijalankan oleh NU selama ini. Islam itu agama, yang memiliki nilai-nilai universal tidak terikat ruang dan waktu. Sementara manusia bersifat temporal-partikular, terikat dengan situasi dan kondisi. Dan manusia merupakan mahluk yang berbudaya. Setelah agama yang ajarannya bersifat universal masuk kedalam diri manusia maka ekspresinya beragam sesuai dengan budaya setempat. Islam yang diamalkan oleh bangsa-bangsa lain, baik bangsa yang ada di Timur Tengah dan di Barat, tentu mempunyai karakterstik yang berbeda. Perbedannya ditingkat cabang (furu’) bukan pokok (ushul). Yang pokok bersifat universal dan tidak akan berubah selama-lamanya.

Islam Nusantara bukanlah hal baru (bid’ah) Islam Nusantara adalah pandangan politik yang ber-sintesis Islam dan Kebangsaan. NKRI harga final tidak ada khilafah sebagai sistem politik kebangsaan. NKRI cerminan dari keutuhan ajaran islam yang sebenarnya dan itu harus di jaga oleh anak bangsa yang peduli terhadap keislaman dan kebangsaan. Tidak ada lagi upaya membentuk Negara Islam, walaupun itu bersifat opurtunis. Gerakan Islam Nusantara itu bukan hanya dalam pandangan agama, tetapi juga dalam persoalan sosial-ekonomi (asiyasah wal iqtishadiyah) sehingga fikroh siyasah NU dalam menjaga keutuhan NKRI dari segala ancaman-ancaman ajaran transnasinal adalah Islam Nusantara. Kita tidak menyalahkan islam arab itu keliru, itu benar karena budayanya akan tetapi menjadi kurang tepat apabila meng-arabi-sasi Islam Indonesia. Sebab, kultur Indonesia dan Arab sangat berbeda dan Islam menghargai budaya yang berbeda dimanapun.

Islam Nusantara : Milik Kita bukan Kami

Islam Nusantara adalah nama baru bukan soal isi baru, isinya sudah berpuluh-puluh tahun dipakai sejak puluhan tahun. Bahwa, kontroversi Islam Nusantara terletak pada muatan isi, berarti Islam Nusantara dipakai oleh sebagian orang yang mempunyai kepentingan pragmatis. Islam Nusantara cara menyelamatkan bangsa dari segala sektor, baik berkait sektor agama, politik, sosial dan budaya. Islam Nusantara milik kita bukan kami, kita yang dimaksud adalah masyarakat nusantara tanpa melihat ras, suku dan agama. Karena mision dari Islam Nusantara adalah meneguhkan Islam Nusantara sebagai payung bangsa. Wallahu’alam

 

Oleh : Ponirin Mika, Pengurus Sekretariat PP. Nurul Jadid dan Anggota Community Of Critical Social Research (Commics) Paiton Probolinggo

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *